Latest News

Saturday, August 29, 2009

KECERDASAN KEBERANIAN



Sejarah mencatat kecermelangan kisah pahlawan nasional, Haji Agus Salim. Di tahun 1953 Agus Salim bertandang ke Inggris untuk mewakili Bung Karno dalam acara upacara penobatan Ratu Inggris Elizabeth. Haji Agus Salim, saat acara berlangsung, sangat kesal dengan sikap suami Ratu Elizabeth, Pangeran Philip, yang tidak mengacuhkan orang - orang dari negara jauh seperti dirinya. Karena itulah beliau mendekat kepada Pangeran Philip dan mengayun - ayunkan rokok kreteknya di depan hidung Pangeran Philip (!).
Lalu beliau berkata: "Apakah Tuan kenal dengan aroma rokok ini?"
Pangeran menghirup aroma itu dan menjawab bahwa ia tidak kenal dengan aromanya.

Agus Salim dengan tersenyum berkata: "Itulah sebabnya 300 atau 400 tahun yang lalu bangsa tuan berlayar mendatangi negeri saya". Suasana mencair dan Pangeran Philip menjadi raman kepada tamu - tamunya.

Sekitar tahun 1920-an, Raden Mas Sosrokartono, kakak dari Raden Ajeng Kartini, menuntut ilmu di fakultas studi ketimuran Universitas Leiden, Belanda. Namun beliau tidak selesai - selesai dalam kuliahnya-banyak yang bersaksi bahwa Sosrokartono adalah orang yang jenius-karena beliau tidak memiliki biaya untuk menyelesaikan desertasinya.

Suatu saat, tokoh - tokoh negeri Belanda seperti Mr. Abendanon, Mr. van Deventer, Professor Snouck Hurgronje, dan Professor Hazeu mengundang makan malam beliau. Setelah makan, salah seorang dari mereka berkata: "Tuan Sosrokartono, kami tahu kalau anda banyak hutang. Jika anda ingin menyelesaikan desertasi anda, kami akan membayar lunas hutang - hutang anda. Bagaimana?"

Sosokartono dengan elegan dan harga diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang kaya berkata: "Maaf tuan - tuan. Hutang adalah satu - satunya harta yang saya miliki. Bagaimana bisa anda mengambilnya dari saya?"

Tuan - tuan Belanda itu diam seribu bahasa.

Andaikan Bapak - bapak bangsa kita itu hidup kembali dan menyaksikan kekayaan budaya kita dijarah, harga diri kita diinjak - injak, TKI - TKI kita disiksa, saya tidak bisa membayangkan kemurkaan mereka.

Friday, August 28, 2009

MENYELESAIKAN MASALAH TANPA MASALAH




Orang - orang yang berjualan makanan di bulan ramadhan ini banyak yang dirazia oleh satpol PP.
Saya berpikir, jika memang sedari dulu orang yang dirazia itu berjualan makanan, dan itu adalah sumber penghasilannya, kemudian di bulan Ramadhan ini ia tidak diperbolehkan berjualan, lalu bagaimana ia menghidupi dirinya dan keluarganya?
Bagaimana ia menyiapkan dirinya untuk menyambut lebaran?

Melarang mereka berjualan di bulan Ramadhan tanpa memberikan solusi lain untuk mencukupi kebutuhan hidup adalah sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh mereka.
Dan juga saya.

Thursday, August 27, 2009

FAKTA DAN REALITA




Ada yang membuat teka - teki tentang perbedaan orang Amerika dengan Indonesia. Teka - teki itu berbunyi: "Apa perbedaan orang Amerika dengan orang Indonesia?"
Tentu saja pertanyaan yang mudah untuk dijawab dan jawabannya cuma satu: "Banyak"

Namun jika dikaitkan dengan terorisme perbedaan itu adalah: "Jika Amerika dibom, banyak orang yang belajar Islam. Jika Indonesia dibom, banyak yang phobia dengan Islam"

Mengapa demikian? Karena masyarakat Amerika adalah masyarakat literer. Mereka doyan membaca. Ketika berita mengabarkan tentang teroris mereka tidak hanya berhenti pada fakta bahwa teroris yang melakukan kejahatan di negara mereka adalah orang yang beragama Islam. Faktanya memang demikian.

Alih - alih berhenti pada fakta, mereka mencari buku - buku tentang ajaran Islam. Apakah memang Islam mengajarkan terorisme? Semakin banyak yang mereka baca, semakin mereka sadar bahwa Islam tidak pernah mengajarkan terorisme - dan ini adalah realitanya. Teroris yang melakukan peledakan di WTC adalah muslim yang berpemahaman menyimpang. Malahan, kabarnya banyak dari orang Amerika yang kemudian memeluk Islam setelah peledakan WTC.

Namun orang Indonesia adalah bagian dari masyarakat yang masih mengunggulkan budaya menonton. Mereka sudah cukup puas dengan melihat fakta di televisi. Ketika pelaku teroris memanjangkan jenggot dan bersorban, banyak yang berkesimpulan bahwa orang yang memanjangkan jenggot adalah teroris atau simpatisan teroris.
Wanita yang yang bercadar pun dianggap sebagai istri teroris yang harus dijauhi dan dicurigai.
Padahal tidaklah demikian.
Jangan berhenti pada fakta, kita harus puas jika sudah sampai pada realita.

Catatan: Saya berjenggot, namun saya bukan seorang simpatisan, apalagi seorang teroris. Sampai mati saya yakin bahwa terorisme adalah tindakan yang ghuluw (berlebih - lebihan) dalam Islam yang dilarang oleh Nabi Muhammad Sholallohu 'alaihi wasallam.

Wednesday, August 26, 2009

PENGGEMAR POSITIF




Uppss, ngomong-ngomong mengenai idola atau orang yang sukai. Apakah kesukaan kita pada sang idola membawa kebaikan bagi kita? Maksud saya, apakah kesukaan kita pada sang idola membawa kita ke arah perbaikan sikap yang positif?

Jika saya penggemar Malcolm Gladwell, apakah Gladwell dapat membuat saya menjadi pribadi yang gemar dan terus menerus belajar? Atau, saya sudah merasa puas hanya dengan meniru gaya dia?

Nah, mari kita menjadi penggemar yang positif

PENSIL DAN KERTAS


Yang saya dapat dari Elizabet Gilbert adalah: selalulah membawa pensil dan kertas ke manapun kamu pergi. Mengapa? Karena inspirasi untuk menulis kadang datang tanpa kita harapkan.



Terkadang kita sudah mempersiapakan segala sesuatunya untuk menulis. Tapi inspirasi itu tidak datang - datang. Namun begitu kita melakukan pekerjaan lain, tiba - tiba inspirasi itu datang. Kalau kita tidak segera mencatatnya, inspirasi itu dengan cepatnya hilang dari memori kita.

Saya yakin, kita semua pernah mengalami hal yang sedemikian itu.

Karena itu, jangan pernah jauh dari pensil dan kertas. Dan sambutlah momen yang luar biasa itu.

Oh ya, nampaknya saya menyukai penulis ini, Elizabeth gilbert maksud saya, disamping Malcom Gladwell. Dua orang ini benar - benar penuh inspirasi.



BUAT KOMIK DI PIXTON DOT COM


Ini dia situs yang saya tunggu - tunggu. Saya benar - benar ingin postingan saya diwakili dengan sebuah komik pendek. Tapi saya tidak memiliki cukup waktu untuk menggambar komik. Hari ini, tanpa sengaja saya menemukan pixton.com situs untuk membuat komik secara online. Wah situs ini menyediakan juga bahasa Indonesia untuk mengoperasikan pembuat komiknya. Langsung saja saya coba buat komik. Dan inilah komik pertama saya di pixton.com:



Anda tertarik untuk buat komik juga? Silahkan anda tonton dulu apa itu pixton.com di bawah ini:


Monday, August 24, 2009

KRITIS MENERIMA BERITA



How many lies do we receive everyday? One, Two, Three, or all we receive and call as news are lies? We never realize that so many news we receive actually are not true. Now let's check this:
Reporters said that the man they tried to catch was Noordin M. Top. But finally they rectified that he was Ibrohim

Michael Jackson was said that he was dead because of heart attack. But the latest news said that actually he was murdered.

Ben Franklin, editor who published Pennsylvania Gazette, wrote "The Trial of Miss Polly Baker". Everyone was eager to know who Polly Baker was. But after 30 years, Franklin admitted that it was only a fiction.

In1996, Dave Kindred, columnist of Atlanta Journal and Constitution, reported that Richard Jewel accused as the actor of Atlanta bomb before the court adjudicated. The fact was Eric Rudolph was the bomber. And Kindred never asked an apology to Jewel.


Check the news that we receive, that's the moral.


Berapa banyak kebohongan yang kita terima setiap hari? Satu, dua, tiga atau semua hal yang kita anggap sebagai berita adalah kebohongan? Kita tidak menyadari bahwa sebagian besar berita yang kita terima adalah kebohongan. Mari kita lihat yang berikut:

Wartawan mengatakan bahwa orang yang sedang mereka usahakan untuk ditangkap adalah Noordin M. Top. Tapi ternyata? ia adalah Ibrohim

Michael Jackson diberitakan mati akibat serangan jantung. Ternyata? berita terakhir mengatakan bahwa ia mati karena dibunuh.

Ben Franklin, editor sukses yang menerbitkan Pennsylvania Gazette, lewat tulisan The Trial of Miss Polly Baker yang dimuat dalam jurnal di London merangsang keingintahuan berbagai pihak akan keberadaan Polly Baker. Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Berselang 30 tahun, Franklin mengaku kisah itu rekaan.

Tahun 1996, Dave Kindred, kolumnis Atlanta Journal and Constitution, memberitakan bahwa Richard Jewel dinyatakan bersalah atas peledakan bom di Atlanta sebelum keputusan pengadilan. Tapi ternyata Eric Rudolph lah pelaku peledakan yang sesungguhnya. Setelah terungkap pun Kindred tidak meminta maaf kepada Jewel.


Kita harus mengecek kebenaran berita yang sampai pada kita, itulah moralnya.

Image Source: popartmachine.com

MICHAEL JACKSON DIBUNUH


Ternyata Michael Jackson dibunuh.
Peristiwa ini harus menjadi perhatian dan pelajaran bagi kita semua.
Tidak semua hal yang sampai pada kita adalah sebuah kebenaran absolut.
Kita perlu waspada terhadap berita apapun yang disampaikan kepada kita.

Perlu kehati - hatian dan kecermatan dalam mengecek kebenaran dari berita yang kita terima.

Kita perlu memperhatikan
siapa yang memberitakan hal itu.
Kita perlu tahu sejarah dari orang yang menyampaikan berita itu.
Apakah ia orang yang bisa dipercaya atau sudah terkenal sebagai si mulut besar?
Orang yang dengan mudahnya berbohong tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain dan lingkungan sekitar.

Jika semua sudah memenuhi syarat, barulah kita bisa percaya kebenaran suatu berita.
Ingat, Sutau kebohongan, jika disampaikan secara berulang, ia akan diterima sebagai kebenaran.
Masih ingatkah kita tentang hebohnya pemberitaan tentang penyergapan Noordin M. Top beberapa saat lalu?
Benarkah ia Noordin?
Ternyata bukan.
Jangan kembali kita terjerumus dalam lubang yang sama sebanyak dua kali.

Sunday, August 23, 2009

JALAN KE SEKOLAH KAMI



The road to our school is long and winding. To reach the school, teachers - most of them live in Pacitan, must ride their motorcycle or public transportation along 15 kilo meters of the winding road. You will get nauseous for the first time you visit our school. We were too. But soon you will be adapted to it.


Jalan menuju sekolah kami panjang dan berkelok. Untuk sampai ke sekolah, guru - yang kebanyakan bertempat tinggal di Pacitan, harus mengendarai sepeda motor atau angkutan umum sepanjang lima belas kilometer di jalan yang berkelok itu. Anda bisa jadi akan mabuk saat mengunjungi sekolah kami untuk yang pertama kali. Dulu kami juga begitu. Tapi segera anda akan terbiasa.

TOKEK DAN BUNGLON


Pagi melahirkan mentari
saat tokek dan bunglon bangkit
dari peraduan mereka dan berlari
menyambut hari.

Hari ini selayak pagi - pagi lain
mereka harus berjibaku dengan waktu
mencari sepotong makanan
untuk bertahan hidup

untuk hari itu saja.
karena esok adalah urusan nanti
sedang hari ini adalah urusan yang tidak
bisa ditunda lagi.

Namun siapa sangka jika yang seperti ini
adalah sumber bagi kebahagiaan abadi?
kebahagiaan adalah saat kita
mampu meninggalkan keinginan - keinginan
akan esok hari yang masih gelap.

Maka, tanpa menunggu lagi
berjalanlah keduanya beriringan
tanpa suara tanpa canda
serius benar keadaannya.

kegaduhan adalah kedunguan
dengannya akan lepas rejeki langit
yang sebelumnya di depa mata sudah.

Berdetik - detik
Bermenit - menit
Berjam - jam.

Mengapa pula buruan itu tidak nampak batang hidungnya?

Apa pula salah mereka?
begitu dalam benak
kata - kata yang hadir,
sehingga Tuhan begitu murka?
menahan rejeki yang mereka tunggu
sekian lama?

Di tengah kegalauan
kepayahan dan putus asa,
berhentilah mereka di tanah lapang
sambil merenung - renung,
apa akan dilakukan jika hari ini
benar - benar tak dapat makan?

namun malang tak dapat ditolak
untung tak dapat diraih

tak dapat makanan, bahaya kiranya yang menghadang.

tak dinyana tak diduga
terbanglah rendah si alap - alap yang perkasa
menerkamkan kukunya yang tajam
menghambur ke dua mahluk yang dirundung lapar.

tokek berguling ke kanan
bunglon ke kiri.
alhamdulillah kali ini mereka luput dari maut.

namun alap - alap bukan penyerah.
sayapnya berputar dan kembali ia menebarkan maut.

di saat paling genting itulah
bunglon merubah kulitnya ke warna tanah
bingung alap - alap dibuatnya karena
buruan hilang dalam sekejap mata.

tapi tidak juga
itu masih ada satu yang berlari tunggang langgang.
harus cepat harus cermat.
buruan itu harus segera disergap.

beruntunglah tokek
di depan ada batu bolong
cukuplah untuk tubuhnya yang tak terlalu besar.
masuklah ia ke sana meninggalkan alap - alap
yang pergi bercakar hampa.

dalam keterengah - engahan
dilihatnya bunglon perlahan kembali merubah kulitnya
di kejauhan sana.
dalam keheningan itu tokek belajar
satu hal,
kadang untuk bertahan hidup
ia harus berpura - pura!

Saturday, August 22, 2009

TIDAKKAH KITA MALU?



Malaysia, again, claimed Pendet dance as part of their own culture. Before, Malaysia claimed reog Ponorogo, they called it as sisingaan, barong dance, they called it as barongan, keris, angklung, batik, Ambonese "Rasa Sayange" song , and Sundanese "Es Lilin" song.
They are our own culture products. Malaysia try to steal them from us.
What makes Malaysia doing so? Because we are not proud with our own culture anymore. We do not care for them. If then, Malaysia finally own pendet dance, what a shame!


Malaysia kembali mengklaim tari pendet sebagai bagian dari budaya mereka. Sebelumnya, mereka juga telah mengklaim reog ponorogo yang mereka sebut sebagai sisingaan, tari barong yang mereka sebut barongan, keris, angklung, batik, lagu "Rasa sayange" dari Ambon, dan lagu Es Lilin dari Sunda.
Malaysia mencoba mencuri budaya itu dari kita karena kita sudah acuh tak acuh lagi dengan budaya kita sendiri. Kita sibuk dengan budaya yang kebarat - baratan. Jika Malaysia benar - benar bisa mendapatkan tari Pendet, betapa memalukannya!

KETRO ON GOOGLE EARTH



We tried to view our school buiding , SMPN 2 Kebonagung, on google earth. But when we reached Ketro, the village where our school is located, we couldn't see a detail image. While zooming, here we got:
we are sorry, but we don't have imagery at this zoom level for this region. try zooming out for a broader look.

We hope we'll get it in the future.

View Larger Map


Kami mencoba untuk menampilkan bangunan sekolah kami, SMPN 2 Kebonagung, di google earth. Tapi ketika mencapai Ketro, desa dimana sekolah kami berdiri, kami tidak mendapatkan gambar yang detil. Ketika mencoba untuk mendekatkan (zooming) inilah yang kami dapat:
Maar,kami tidak memiliki gambar wilayah yang anda inginkan dengan zooming pada level ini, cobalah untuk melihat dalam jarak yang lebih luas.

Mudah - mudahan kami mendapatkan gambar sekolah kami di masa mendatang.

Thursday, August 20, 2009

SIHIR GLADWELL


Saat pertama membaca buku Daniel Goleman dulu, Emotional Intelligence, saya begitu tercengang dan takjub dengan banyaknya data yang dimuat di dalamnya dan betapa kecerdasan emosi itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Dan kini, setelah membaca buku - buku dari Malcolm Gladwell, saya merasakan hal serupa namun lebih dahsyat lagi.

Gladwell benar - benar menyuguhkan sesuatu yang benar - benar beda dan tak terbayangkan sebelumnya. Pantas jika Fortune memberikan komentar: "A Fascinating book that makes you see the world in a different way" di buku The Tipping Point.

Tidak berhenti di The Tipping Point, Gladwell meneruskan ketercengangan saya dengan menulis Blink dan Outliers.

Dari Gladwell kita belajar banyak dengan memiliki banyak informasi, kita akan menjadi lebih bijak menyikapi hidup

YANG LUCU DARI TRETES


Saya baru saja pulang dari Tretes, Pasuruan, untuk menandatangani MoU program bermutu. Selama tiga hari kami serombongan dan rombongan dari daerah lain menginap di Hotel Royal Tretes View. Di sinilah kejadian � kejadian lucu itu terjadi. Berikut di antaranya:
Apa beda dari:

Dengan ini?:

Salah satu dari teman saya yang belum pernah mandi di bathtub � sebenarnya kami semua belum pernah mandi di bathtub, saat pertama masuk kamar mandi, buru � buru keluar lalu bertanya: �Lho, kok nggak ada gayungnya? Bagaimana cara kita mandi?�. Sontak kami semua tertawa terbahak mendengar pertanyaan bodoh ini. Sampai berjam � jam kemudian kami masih menertawakannya dengan gurauan: �Ini untuk pengalaman, besok � besok lagi kalau menginap di hotel, bawa gayung dari rumah!�
Masih mengenai kamar mandi, teman saya yang satu ini tak kalah parahnya. Ia tidak tahu kalau air di kamar mandi itu bisa disetel ke air dingin dan panas. Celakanya ia memutar tombol yang mengeluarkan air panas. Sekeluar dari kamar mandi, kulitnya merah � merah karena kepanasan. Pantas ia lama sekali di kamar mandi, ternyata ia menghabiskan begitu banyak waktu untuk meringis menahan panas.
Mengetahui begitu lugunya kami, salah seorang dari teman kami yang jahil dan lucunya bukan main menjahili salah seorang teman. Ketika saya sedang mandi, teman saya mendapatkan telepon dari seseorang yang mengaku sebagai pegawai hotel. Pegawai itu mengatakan bahwa receptionist mendapatkan laporan dari seorang kru bahwa souvenir yang ada di kamar kami hilang dan meminta kami sekamar menggantinya. Kami memeriksa seluruh kamar. Semua souvenir utuh. Tak ada yang hilang. Tak berapa lama semua teman kami yang ada di kamar seberang, masuk dan tertawa terbahak. Mereka berhasil mengelabui kami.

Ya itu sebagian kecil saja. Masih banyak yang lain.

Ketika saya di Pasuruan, saya mendapatkan kiriman dari sahabat saya di seberang, buku THE TIPPING POINT, THE DIARY OF ANNE FRANK,
dan A LIFE LESS ORDINARY .

Ketika pulang hari ini, kami mampir di toko buku Gramedia. Saya membeli buku BLINK karangan Malcolm Gladwell. Terima kasih untuk sobat saya di seberang. Insya Alloh akan segera saya beberkan isi dari buku � buku itu setelah saya selesai membaca buku THE WHITE TIGER, kiriman dari sahabat saya itu sebelumnya.

Monday, August 17, 2009

HOME



No Place Like Home.

Sunday, August 16, 2009

TRADISI MEMBACA DAN TERORISME


Terorisme saat ini telah menjadi bahaya laten. Ia menjadi sesuatu yang sedemikian menakutkan karena pelaku dari teror itu adalah orang - orang yang sedemikian akrab dengan kita. Mereka bergaul dengan kita saban hari dan kita melihat tidak ada yang salah dengan mereka hingga kita mendengar kabar tentang kenekatan mereka untuk membunuh diri mereka sendiri untuk membunuh orang lain dan menyisakan keresahan bagi orang yang masih hidup.

Mengapa terorisme masih saja mendapatkan dukungan? Pemikiran apapun, sejelek apapun akan tetap mendapatkan dukungan dari simpatisannya masing - masing. Seolah - olah itu merupakan hukum alam yang mesti terjadi.

Namun, jika masyarakat kita adalah masyarakat yang gemar membaca, saya yakin akan lain keadaannya.

Masyarakat yang gemar membaca akan memandang sesuatu dengan kritis. Membaca mengkondisikan otak mereka untuk selalu berpikir kritis. Sehingga tidak mudah menerima sesuatu tanpa ada pertanyaan demi pertanyaan yang memerlukan jawaban kebenaran memuaskan.

Amerika sebagai contoh. Ada kabar yang saya baca bahwa setelah tragedi 11 september, banyak dari warga Amerika yang malah masuk Islam. Mengapa? Terorisme yang dilakukan oleh oknum Muslim merupakan fakta. Tapi realitanya Islam tidak pernah mengajarkan terorisme. Terorisme muncul akibat kesalahan interpretasi atas ajaran agama. Ketika mereka membaca berbagai literatur mengenai Islam, nyatalah bahwa sebenarnya Islam begitu indah. Maka masuklah mereka ke agama Islam.

Untuk itu, salah satu cara untuk menangkal bahaya terorisme, kegemaran membaca harus terus menerus dikembangkan.

Saturday, August 15, 2009

PEMBOHONG


Salah satu ciri pembohong adalah;
mereka selalu menceritakan apapun yang mereka dengar.

Mengapa dengan menceritakan segala sesuatu yang didengar saja,
sudah dapat mengecap pelakunya sebagai pembohong?

karena berita yang ia ceritakan belum tentu benar!

Lihatlah ini:
Ben Franklin, editor sukses yang menerbitkan Pennsylvania Gazette, lewat tulisan The Trial of Miss Polly Baker yang dimuat dalam jurnal di London merangsang keingintahuan berbagai pihak akan keberadaan Polly Baker. Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Berselang 30 tahun, Franklin mengaku kisah itu rekaan.

Tahun 1996, Dave Kindred, kolumnis Atlanta Journal and Constitution, memberitakan bahwa Richard Jewel dinyatakan bersalah atas peledakan bom di Atlanta sebelum keputusan pengadilan. Tapi ternyata Eric Rudolph lah pelaku peledakan yang sesungguhnya. Setelah terungkap pun Kindred tidak meminta maaf kepada Jewel.


Sudah selayaknya kita memeriksa berita yang sampai kepada kita
Benar atau bohongkah berita itu.

Sumber: KOMPAS